Pimpinan Pondok Pesantren Al Jauhari, KH Jujun Junaedi

TEROPONGKOTA.com – Pimpinan Pondok Pesantren Al Jauhari, KH Jujun Junaedi menjelaskan sangat mudah untuk mengindentifikasikan orang yang berpaham radikal.

Tokoh dan sosok ulama asal Garut ini, menjelaskan jika mereka yang begitu cepat menuduh seseorang itu kafir hanya karena berbeda paham, maka itulah orang yang radikal.

“Untuk membedakan, pokoknya kalau sudah mengkafir-kafirkan orang, (mudah) menyalahkan orang berarti itu orang yang intoleran (dan radikal), seperti itu saja,” pungkas KH Jujun Junaedi saat ditemui media, pada Selasa 12 Maret 2022 di kediamannya.

Selain itu, KH Jujun Junaedi mengatakan bahwa masyarakat yang belajar ngaji harus bertemu langsung dengan gurunya, bukan melalui media sosial.

Langkah tersebut menurutnya menjadi salah satu hal untuk menangkal paham radikalisme dan intoleransi.

Ia mengatakan bahwa diantara contoh mereka yang berpaham radikal dan intoleran adalah mudah mengkafirkan orang lain.

“Dia merasa benar, sementara yang lain salah,” ujarnya, Selasa 12 April 2022, saat ditemui di pesantrennya di Kecamatan Sukawening.

Saat ini, diungkapkan Jujun, cukup banyak masyarakat yang berpaham tersebut.

Hal itu terjadi kepada mereka yang baru paham satu dua hadits melalui aplikasi media sosial, salah satunya Youtube.

“Sekarang kan banyak yang begitu, baru hafal satu dua hadits dari youtube, suka mendengar ustadz dari youtube (sudah) berani mengkafirkan. Kalau yang toleran kan minimal dikaji dulu, kenapa begini, begitu, tidak ujug-ujug kamu kafir,” ungkapnya.

Belajar tentang agama yang benar, dijelaskan Jujun, seharusnya dilakukan secara Talaqqi, bertemu langsung dengan gurunya saat mengaji.

“Anak-anak disini tidak ada yang radikal, karena di sini dididik dari awal gitu. Dari yang paling dasar sampai tingkat atas tentang agama Islam, dididik ini secara lengkap,” jelasnya.

Namun walau begitu, menurutnya, mereka yang sudah berpaham radikal dan intoleran harus didatangi dan disadarkan. Untuk proses tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) harus mengambil peran aktif dalam hal tersebut.

“Kalau tidak disadarkan ya ditindak. Untuk masyarakat, harus tetap tenang, ikuti ajaran yang bermanhaj, jangan ikut yang mengakafirkan orang, menyalahkan ajaran orang sementara dia sendiri tidak benar atau belum tentu benar,” pungkasnya.***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini