JAKARTA – Rombongan kecil, berhenti di belakang kantor Kemensos, di atas jembatan sungai cabang Sungai Ciliwung (Sungai Matraman). Lalu, Mensos mendatangi dan menyapa seorang pemulung dan istrinya, yang tengah bersiap untuk melakukan aktivitasnya, di ujung flyover Jalan Pramuka Sari II.

Mensos berdialog dengan pemulung tersebut, yang mengaku berpenghasilan Rp 800 ribu per bulan, dari hasil itu srbagian diikirimkan untuk anak mereka di kampung. Dia mengajak pasangan pemulung itu, untuk mau mengubah kualitas hidupnya menjadi lebih baik.

“Bapak-ibu saya carikan ‘rumah’ jadi ngga perlu ada biaya ngontrak. Tap cari sampah seperti ini. Nanti sampah dari Kementerian Sosial bisa untuk bapak. Sambil saya ajari usaha, masya mau terus kaya gini. Mau ya,” tuturnya dengan nada mengajak.

Usai berdialog dengan pemulung itu, rombongan terus bergerak. Kali ini, Mensos ke bawah jembatan dengan meniti sebuah tangga kayu seadanya buatan warga sekitar.

Di kolong jembatan, Mensos mendapati beberapa keluarga yang tinggal di situ. Di salah satu sudut, tampak lokasi hunian gelandangan. Di sini tampak terdapat kasur gulung lusuh, almari butut, perangkat mandi, dan sandal jepit berserakan di sekitarnya, yang ditinggal penghuninya.

Mensos terus menyusuri bantaran kali sambil menyapa satu-satu penghuni di situ. Kepada warga bantaran yang menyaksikan kedatangan rombongan ini, dia menyampaikan lagi keinginannya untuk mengubah nasib mereka.

“Bapak ibu, saya hanya ingin penjengan tinggal di tempat yang lebih baik. Ayo pak, mau ya pak,” ajaknya.

Selesai menyambangi warga di bantaran kali, Mensos dan rombongan lanjut menuju Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis “Pangudi Luhur” di Bekasi, Jawa Barat. Sesuai dengan namanya, Balai “Pangudi Luhur” merupakan bentuk respon Kemensos terhadap permasalahan gelandangan dan pengemis.

Balai “Pangudi Luhur” menyelenggarakan rehabilitasi sosial yang bersifat sementara (temporary shelter). Di sini para “gepeng” mendapat layanan vokasi dalam jangka tertentu, selanjutnya pemberdayaan dilakukan dengan bermitra dengan pemerintah daerah.

Gaya blusukan yang dilakukan Mensos Tri Rismaharini dimaksudkan untuk memotret dari dekat permasalagan yang ada, langsung dari titik permasalahan. Hal ini sejalan dengan pernyataannya, dalam sambutan saat acara serah terima jabatan, Rabu (23/12/2020) lalu.

Saat itu, dia menyatakan, tidak akan mengubah gaya kepemimpinannya. Yakni akan tetap blusukan sebelum ke melakukan tugas-tugas rutin sebagai menteri.

Hal itu, sudah dimulai, ketika dia mengunjungi dan menyapa para penyandang disabilitas intelektual di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta, Minggu, (27/12/2020) kemarin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini