TEROPONGKOTA – Staffsus BNPT Muh Syuhaib Thoir mengatakan bicara soal moderasi itu jauh sebelumnya sudah ada gaung sejak awal islam.

Hanya saja, lanjutnya, beberapa abad kemudian sebab terjadi konflik politik di sana sini, sehingga ada pergeseran sikap satu sama lain. Kemudian pada abad 20 juga kemudian kembali muncul ide-ide ini.

Seperti diprakarsai oleh Syahrur etc, sebagai respon dari muncul dan maraknya pemikiran puritanisme. Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa ide moderasi berasal dari barat dan untuk menghancurkan islam.

Lalu kenapa kita harus bersikap moderat? Ini penting sebab soal moderasi ini ternyata dipermasalahkan tidak hanya oleh sejumlah umat dalam islam, tetapi dalam agama lain seperti Kristen, Hindu, Kong Hu Cu dll.

“Selain karena moderasi ini sudah ada dalam islam sejak masa awal, di Indonesia ini masyarakatnya beragam. Kemudian tujuan agama ini lahir itu untuk melindungi manusia, menjadi alat pemersatu dan melindungi manusia dari segala bentuk intimidasi satu dengan lain,” kata Suaib Thoir, saat menjadi narasumber di acara Webinar Nasional “Moderasi Beragama Bagi Kalangan Millenial” Sabtu, 12 Maret 2022, yang diselenggarakan oleh PB IKAMI SULSEL secara daring.

Artinya, jelasnya menciptakan kedamaian. “Nah ekstrimisme itu seringkali justru menimbulkan benturan-benturan yang bertentangan dengan tujuan agama itu,” tuturnya.

Selanjutnya, kita hidup di Indonesia juga berdasarkan asas Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang tujuannya tidak jauh beda dengan tujuan Islam.

Persoalannya adalah, banyak penceramah-penceramah agama yang justru konfrontatif baik yang dilakukan secara langsung maupun tersebar lewat media sosial terhadap berbagai perbedaan dan fenomena kebudayaan.

Ini harus dihindari dan digantikan dengan alat dakwah yang lebih baik, seperti para wali,yang didukung oleh lebih intens lagi ormas-ormas agama dan lembaga-lembaga pendidikan agama.

Artinya harus melakukan penguatan kembali elemen-elemen yang sudah disahkan hingga yang dibentuk pemerintah seperti Forum Kerukunan Umat Beragama, pembentukan tim pokja, penyuluhan toleransi beragama dan Lembaga Anti-Terorisme lainnya.

Begitu juga kemendikbud yang sudah menyusun kurikulum anti-kekerasan, agar narasi-narasi yang moderat semakin terus tersebar dan efektif mencegah masyarakat terjebur dalam paham-paham radikal.

Hal senada, juga disampaikan Direktur Pasca Sarjana PTIQ, Prof. Dr. H.M. Darwis Huda, M.Si.

Menurutnya dari sisi bagaimana Al-quran bicara tentang moderasi beragama.

“Tentu Islam sendiri sudah moderat. Akan tetapi, umatnya memang harus senantiasa diingatkan agar tidak tafrid/berlebihan,”

“Jika kita mengikuti definisi resmi terakhir yang dikeluarkan oleh kementrian agama, moderasi beragama itu cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersamadengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa,” pungkasnya.

“Nah kita lihat perspektif Al-quran. Saya ambil surat Al-Baqarah 143. Ayat yang di dalamnya terdapat kata Wasathan yang jadi akar kata Wasathiah, atau moderat. Bukan kebetulan ayat ini tepat berata di tengah-tengah atau pada Wasat suratal-Baqarah,” tutur Direktur Pascasarjana PTIQ Jakarta itu.

Lanjutnya, di dalam Alquran juga terdapat term-term yang menunjukan adanya keragaman hayati baik flora maupun fauna, yang mana Tuhan melalui Alquran memang mengehndaki keragaman itu. Seandainya Allah mengehndai maka akan menyeragamkan semua itu. Dan Allah menegaskan bahwa itu semua perbedaan adalah rahmah.

“Di dalam Alquran juga terdapat berbagai perintah agar kita tidak merusak hubungan sosial dengan alasan berbagai perbedaan. Misalnya ada ayat yang melarang kita untuk memaki simbol-simbol sakral agama lain,” tandasnya.

Maka itu kita harus menciptakan ekosistem untuk menguatkan moderasi beragama yang dimulai dari cakupan peran keluarga, peran masyarakat, peran lomba pendidikan, peran lembaga keagamaan, peran media, peran negara.***

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini